TAOL berkisah kedua insan bertemu tak sengaja ketika Raia Rashid mengalami sakit hati oleh pasangannya menemukan fakta tersebut ia pergi ke New York dan hidup disana bersama sahabatnya, ia mengalami writer's block setelah tragedi tersebut, dalam hari harinya ia berusaha untuk menulis kembali, menemukan Musenya kembali, dan ternyata itu tidaklah mudah, sampai ia akhirnya bertemu dengan River Jusuf, pemuda yang tak sengaja ia temui di pesta salah satu temannya. River merupakah seorang Arsitek di Indonesia yang sedang menetap di New York dan sudah setahun lamanya, soosk pria pendiam tak banyak bicara ternyata seseorang yang juga menyimpan trauma mendalam, dan juga itu alasannya ia meninggalkan Indonesia sementara waktu. Dalam waktu yang ada kedua insan mengalami hal-hal yang tak terduga seiring waktu terlebih melihat keindahan gedung-gedung New York,tidak berhenti disitu, kemudian berlanjut hampir setiap harinya, dan penuh cerita, yang mengisi hari hari Raia, River menemaninya berkeliling New York sambil bercerita tentang sejarah gedung2 disana dan juga hal-hal unik yang ada di dalamnya, "Setiap Gedung Punya Cerita" itu kata River.
Saya suka karakter Raia disini, ia seseorang yang menyenangkan, melihat scene-scene yang menampilkan dia rasanya ingin ikut tersenyum karena hanyut dengan raut ekspresinya. Dialog-dialog pada film ini sangat efisien, setiap karakter mudah tersampaikan dan dipahami, baik itu hal yang ringan atau hal yang mendalam, hal tersebut pastinya didukung oleh performa akting tiap karakter yang sangat baik. Rasanya kita juga mudah merasa dekat dengan karakter-karakter yang ada disini, dikembangkan dengan cukup baik oleh sang Sutradara. Terutama memasangkan tokoh River dan Raia dengan kehadiran Nicholas Saputra dan Putri Marino adalah pilihan yang sangat tepat, keduanya berhasil memerankan karakter tersebut. Timbul rasa hangat setelah menonton film ini, ini hal yang saya rasakan ketika film berakhir, ditutup dengan scene manis, menjadi pembungkus yang cukup indah. Ini memang karya yang benar benar dibuat dengan hati dan rasanya juga tersampaikan kepada yang menontonnya. Cerita yang disajikan juga tidak bertele tele sampai menuju konflik dan penyelesaiannya, semua terasa pas, meski saya merasa ada alur yang rasanya kurang kuat, seperti garis cerita pada karakter pihak ketiga. Tapi hal itu tidak mengurangi esensi apa yang film ini ingin sampaikan. Membawa premis tentang trauma manusia, film ini juga memberikan solusi bagaimana memandang trauma itu sendiri pada dua tokoh utamanya. Saya tidak lupa dimana tepat pada scene masing-masing tokoh utama bercerita tentang trauma yang menghantui mereka, merupakan scene yang epic bagi saya. Akting mereka pun disini terasa magis, sangat bisa tersampaikan dengan baik. “Setiap gedung punya cerita. Setiap manusia punya trauma” . Film The Architecture of love tayang mulai tanggal 30 April 2024 diseluruh bioskop Indonesia, sajian kisah romantis berawal dari rasa trauma menjadi kisah cinta sejati membuka lembaran baru. Overall: 8.5/10.
Reporter : Melisa Safitri
Comments
Post a Comment