1917 (2019)
Directed : Sam Mendes
Production :
Dreamworks, Reliance Entertaiment, Amblin Partners
Runtime : 1 hour 59
Minutes
Sejak muncul trailer banyak
kalangan pecinta film sudah gak sabar untuk menyaksikan film perang dengan teknik pengambilan gambar “One Shot “ seperti film Birdman dengan cara yang sama masuk dalam
Best Picture 2017, nah sutradara Sam Mendes (Skyfall) ingin
sekali berkolaborasi dengan Roger Deakins dalam film yang diambil
dari kisah nyata kakeknya Sam Mendes- Alfred Mendes sendiri saat Perang Dunia I - Operation Alberich 1917. Perhelatan film dunia meramalkan bahwa film
ini layak masuk dalam ajang bergengsi internasional seperti Golden Globe,
BAFTA dan OSCAR, para kritikus memberikan penilain yang sama terhadap
film ini akan menjadi yang terbaik nanti. Apakah yang membuat orang begitu
tertarik menonton film perang dengan sentuhan berbeda, karakter pemain dengan
minim dialog ditambah penulisan naskah atau sinematographynya yang menjadi daya
tarik, mungkin sutradaranya ?, tiap orang punya alasan tersendiri menontona
film ini, bagi saya justru teknik editing dan pengambilan gambar yang menarik
secara pribadi, setelah mendapatkan undangan secara terbatas menonton film 1917
di CGV – Jakarta, 18 Januari 2020. Walaupun Teknik editing tidak termasuk bagian
10 Nominasi yang di dapatkan Film 1917 (Nominations Sound Editing & Sound
Mixing ) pasti ada alasan lain para juri tidak memilihnya. Nah, untuk
cerita sangat simple bagaimana seorang kopral harus menyampaikan surat untuk
menghentikan serangan Jerman atas Pasukan Inggris di sebuah daerah Encoust–Sein Mein Perancis,
jika berhasil dia menyelamatkan 1600 tentara Inggris termasuk saudaranya. Film
1917 keseluruhannya dikerjakan tidak hanya “ One Shot Camera “
melainkan serangkain shot tanpa henti terus menerus saling berhubungan dengan
kamera lainya yang digerakan oleh Crane, Motor, Berlari, Berjalan kaki bahkan mobil sehingga terkesan sangat lama, ketepatan
waktu sangat crusial, tingkat perencanaan harus tepat jika salah akan diulang sampai terlihat tidak
ada jeda sama sekali dan ditunjang oleh ketelitian saat di editing.
Kembali pada cerita 1917
dengan plot sederhana, Sam Mendes berfokus pada dua karakter yang diperankan
secara apik oleh actor George Mac Kay ( Will Schofield) dan actor Tom Blake (Dean
Charles Chapman) pengembangan karakternya dikemas seserius mungkin namun ditengah-tengah
cerita banyak joke-joke kecil mengisi ketegangan kondisi perang saat itu, kita
dibawa ke dunia PD 1 yang begitu kelam. Beberapa actor besar mengisi drama film
ini seperti Benedict Cumberbatch (Kolonel McKenzie) Colin
Firth (Jendral Erinmore) , Andrew Scott (Letnan Leslie), Mark Strong (Kapten
Smith), memang penampilan
mereka tidak banyak namun menjadi bagian terpenting dalam cerita ini, penulisan
naskah oleh Krysty Wilson-Cairns secara detil mencari sumber-sumber akurat. Jika
anda berada posisi duduk anda di tengah-tengah studio maka anda ikut merasakan jadi
prajurit ketiga dalam perang dunia pertama, betapa tidak atmosphere dijaga dari
scene awal, moment-moment berdua
tertangkap dengan shot Medium, Close Up yang bikin jantung berdetak dag dig dug
gak karuan dibuat makin penasaran musuh berada diposisi mana, kitapun tidak tahu
– Roger Deakins berhasil menangkap semua shot dengan sentuhan single continues
shot yang seolah-olah one shot camera seperti yang saya jelaskan diatas.
Pengambilan gambar kurang lebih 4-8 menit disatukan dalam editing yang sangat
cermat dan teliti oleh Lee Smith, penonton dibuat tak sadar akan perpindahan
shot, transisi dan bahkan saat pengambilan Landscape tetap dramatisasi
emosional sangat kuat. Kekuatan camera movement masuk dalama katagori Nominasi
Best Cinematography Oscar 2019, well kita lihat nanti hasilnya. Belum lagi urusan Makeup, Visual Effect, Wardrobe, Design Production, Original Score , Sound
Mixing dan Sound Editing Semua ini masuk dalam nominasi juga, detil-detil diperlihatkan
ke penonton tak harus beranjak dari tempat duduk selama 2 jam lebih.
Walaupun
tidak sedalam cerita Film Saving Private Ryan (1998), tema perang
dunia masih mendominasi kisah nyata yang sanggup bertahan di dalam bioskop,
amostphere mencekam, ketakutan dan patriotisme dibangun sejak awal dalam
kondisi waktu perang itu terjadi, kita mengerti tak ada yang benar-benar pahlawan
tanpa perjuangan sampai akhir. Sam Mendes sutradara Inggris yang ingin
mengikuti jejak sutrdara film lain yang telah berjasa membuat momentum
bersejarah dalam dunia perfilmaan, bukan sekedar sensasi atau trend yang sedang
berkembang tapi kualitas, moral story, produksi dikerjakan dengan perjuangan yang
berhasil menang dalam beberapa penghargaan bergengsi. Film ini sangat memukau
ditonton dilayar lebar dengan sound system terbaru, anda akan merasakan tidak ada
kebahagian, tidak ada tawa, hanya kematian dan kekalahan antara dua negara
menghasilkan kepedihan terdalam, pengalaman baru menonton film perang dengan
pendekatan emosional tinggi.
Film 1917 tayang di Indonesia hanya di jaringan CGVCinemas,Cinepolis,
FlixCinema mulai tanggal 22 Januari 2020, bawa keluarga belajar sejarah tentang
perang yang kelam dan jadikan diskusi ringan setelah menonton filmnya.
Cinema experience War Movie akan menjadi sejarah dalam kecintaan kalian
menonton film di Bioskop.
Overall : 8.5/10
Comments
Post a Comment