Jarang sekali sebuah dokumenter disajikan begitu lengkap "isi dapur film", sebuah film dokumenter penyuntingan gambar The Cutting Edge: The Magic of Movie Editing (2004) selama 1 jam 39 menit kita dibawa lebih dalam bagaimana sejarah pemotongan gambar film dimulai . Sebuah sajian yang sangat menarik, sayang sekali dilewatkan dan merupakan tontonan wajib, Tahun ini salah satu bagian film dimunculkan dan seringkali kita dibuat kagum oleh begitu hebatnya scoring film maupun theme songnya, nah film ini bercerita tentang sebuah proses perjalanan tentang sebuah score dikerjakan dengan ide, pikiran dan perasaan sutradara menyatu dengan para composer yang mereka pilih. Tidak sekedar banyaknya uang yang mereka dapatkan saat film diedarkan namun hubungan sebagai keluarga terjadi. Bertemu para ahli dibidangnya bukan menyombongkan apa yang mereka punya, justru saling menerima masukan arahan sutradara dalam mengerjakan project film itu sendiri. Bayangkan jika mereka para composer idealis maka saya yakin sutradara tidak memakai composer tersebut. "Scoring is Heart of Movie" memang benar adanya tanpa sentuhan ini kita tidak merasakan emosi saat menonton film . diceritakan para komposer sangat menghargai pendahulunya bagaimana membuat sebuah theme song, seorang komposer tidak hanya menguasai satu jenis alat musik tapi harus menguasai banyak alat musik, baik itu alat musik modern hingga alat musik tradisional. Maksud saya adalah pengetahuan alat musik yang akan dipakai harus sangat dikuasai. Ya syukur-syukur bisa memainkan alat musiknya lebih baik sekali.
Scoring tidak hanya pelengkap film, namun scoring berkorelasi dengan goal filmnya sendiri, dan lebih tepatnya berhubungan dalam sebuah scene dan membuat anda mengerti alur ceritanya, serta scoring dapat disajikan berulang-ulang pada scene yang berbeda namun masih dalam satu koridor. Bagaiaman dengan teknologi musik semakin hari semakin berkembang , apakah scoring mengalami kemunduran dalam berkarya, tentu tidak. Scoring mengikuti perkembangan teknologi dan mengikuti kemauan pasar pecinta film. bahkan lagu yang sering hit dijadikan soundtrack berulang-ulang .
Lokasi studio juga menentukan hasil scoring yang baik, karena struktur bangunan mempengaruhi nada-nada tercipta, suara yang dihasilnya. para pemain musik bisa menilai sejauh mana kemampuan mereka menciptakan nada sesuai keinginan si komposer, produser juga sutradara. Banyak studio recording seperti Abbey Road, Warner Studio, Air Studio dan masih banyak lagi menghasilkan karya yang luar biasa. Apkah mereka mengalami kendala dalam mengerjakan scoring? salah satu contohnya film Mission Imposible : Rouge Nation, harus mengalami perubahan scoring untuk ending cerita dari Orkestra ke synthesiser music yang berakibatkan perbedaan yang mendalam. Menjadi seorang komposer harus paham betul format film itu sendiri.
Lokasi studio juga menentukan hasil scoring yang baik, karena struktur bangunan mempengaruhi nada-nada tercipta, suara yang dihasilnya. para pemain musik bisa menilai sejauh mana kemampuan mereka menciptakan nada sesuai keinginan si komposer, produser juga sutradara. Banyak studio recording seperti Abbey Road, Warner Studio, Air Studio dan masih banyak lagi menghasilkan karya yang luar biasa. Apkah mereka mengalami kendala dalam mengerjakan scoring? salah satu contohnya film Mission Imposible : Rouge Nation, harus mengalami perubahan scoring untuk ending cerita dari Orkestra ke synthesiser music yang berakibatkan perbedaan yang mendalam. Menjadi seorang komposer harus paham betul format film itu sendiri.
Film Score ini merupakan sebuah sajian yang menceritkan begitu banyak sepak terjang komposer diluar kekurangannya pasti masih banyak film ini justru menjadi film dokumenter paling baik menurut saya, Mari kita tunggu para penulis film dokumenter mengupas sisi lain dapur pembuatan film, saya percaya para moviegoers akan dimanjakan kisah-kisah yang luar biasa.
Overall : 7.5/10
Overall : 7.5/10
Comments
Post a Comment